Saturday, March 6, 2021

Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, silakan dikomentari atau disanggah, sebagai bahan masukan dan pembanding bagi kita semua.

Setahun Pandemik

Sudah setahun pandemik COVID-19 (SARS-Cov2) di Indonesia berlangsung, banyak perusahaan besar maupun kecil, yang terdampak karena adanya pembatasan - pembatasan ruang gerak hidup manusia, perubahan - perubahan perilaku manusia, yang sebagian besar tidak terantisipasi dan banyak manusia yang belum bisa beradaptasi dengan cepat, serta tersedotnya anggaran - anggaran pembangunan atau tabungan/devisa, karena biaya - biaya darurat untuk memerangi pandemik ini. 

Meningkatnya Jumlah Pengangguran di Indonesia

Imbas terbesarnya adalah meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Dari data BPS diketahui jumlah pengangguran terbuka per bulan Agustus tahun 2019 sebanyak 7,05 juta manusia usia kerja, di bulan Agustus tahun 2020 sebanyak 9,77 juta dan di tahun 2021, jumlahnya diprediksi naik menjadi 3,6 juta, yang terdiri dari 1,1 juta orang kehilangan pencarian akibat dampak COVID-19 dan 2,6 juta berasal dari angkatan kerja baru. Jadi, prediksi jumlah pengangguran di tahun 2021 ini akan menjadi 13,3 juta manusia usia kerja. Jumlah ini belum termasuk jumlah pengangguran terselubung, yang datanya tidak mudah dapat diakses oleh lembaga survey atau pemerintah.




Fenomena Baru di Indonesia

Fenomena dari dampak negatif ini sudah banyak terlihat, banyak orang yang kehilangan pencariannya, yang berusaha mendapatkan lapangan kerja baru, tapi tidak sedikit juga yang mau berusaha mandiri dengan membuka usaha kecil - kecilan. 

Beberapa bulan ini di Linkedin feed saya, cukup banyak yang memposting foto dengan 2 foto yang dijejerkan menjadi satu, di satu sisi dipasang foto saat masih bekerja sebelum pandemik dan di sisi lainnya, foto dengan pekerjaan barunya, yang nampak sangat kontras perbedaannya. Ada yang dulunya manajer, sekarang jadi driver ojek online (ojol), dulunya pakai dasi dan mobil, sekarang penjaga toko, dulunya pramugari, sekarang penjual minuman segar sachet-an di atas gerobak, dulunya sales counter showroom mobil, sekarang penjual roti keliling, dulunya seorang driver pribadi, sekarang tukang sindang dan tukang bangunan, dulunya guru honorer, sekarang jadi penjual Starbuck keliling (starling) dengan sepeda, ada juga yang dulunya pemilik usaha, sekarang bekerja sebagai pegawai. Fenomena ini tidak terjadi di Indonesia, tapi di belahan dunia lainnya. Inilah yang dikenal dengan global impact.

Saya masih sering keluar rumah dan keliling di 3 kota di Jakarta dan sekitarnya, tentunya tetap dengan menjaga protokol kesehatan, minimal menggunakan masker dan mencuci tangan, jika saya menyentuh benda yang saya tidak tahu siapa saja yang menyentuh alat atau benda tersebut. Nah, kalau saya perhatikan, makin banyak orang berjualan menjajakan makanan, minuman, buah - buahan, warung kopi, menjajakan pakaian, suplemen dan  obat - obatan herbal. Tidak sedikit juga, rumah - rumah tinggal yang beralih fungsi menjadi tempat usaha, atau tanah kosong menjadi pasar kaget, halaman rumah menjadi kios sosis bakar dan banyak lainnya.

Imbas Pasar Mikro

Saya pernah ngobrol dengan beberapa pedagang - pedagang baru, sambil menyicipi makanan - makanan yang mereka jual. Latarbelakang mereka sebagian besar bukan berasal dari pedagang, tapi berasal dari karyawan yang kehilangan pekerjaan, dan sisanya sebagian kecil pedagang yang kehilangan tempat usahanya di mal dan pasar tradisional, yang aslinya adalah memang seorang pedagang.

Di satu sisi, kita melihat, masyarakat Indonesia memang berusaha untuk bisa bertahan hidup dengan usaha mandiri, tanpa harus atau hanya menunggu bantuan dari pemerintah, selain nilainya kurang mencukupi dan bantuannya akan habis, jika tidak didukung dari pendapatan lain. Tapi, di sisi lain kita melihat, pasar bagi pelaku ekonomi mikro akan semakin terbagi. Contohnya kalau sebelumnya seorang pedagang bisa memiliki omzet 5 juta rupiah sehari, saat ini omzetnya menurun menjadi 2 juta rupiah saja, bukan hanya karena melemahnya daya beli masyarakat saja, tapi juga dikarenakan pedagang serupa dengannya bertambah banyak jumlahnya. Ini yang kita kenal dengan pangsa pasar atau market share.

Apakah cara bertahan masyarakat seperti ini salah? Menurut saya tidak juga. Kenapa? Karena orang Indonesia memang terbiasa berpikir dengan cara sederhana, jadi solusi yang digunakannya pun juga sederhana, sebatas apa yang mereka pernah lihat, apa yang terlintas dipikirannya, apa yang mereka pikir bisa dengan cepat menghasilkan uang dan solusi - solusi sederhana lainnya. Selain itu karena kondisi terdesak, yang membuat mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk berpikir panjang dan melakukan persiapan - persiapan.

Walaupun tidak salah, tapi solusi yang diambilnya terkadang tidak tepat, malah dapat merugikan dirinya sendiri atau orang lain. Setelah renovasi sana - sini atau bongkar uang tabungan atau bangun ruang usaha baru, tapi usaha yang dijalankannya hanya bertahan satu atau dua bulan saja. Makanan yang dijualnya kurang diminati orang, karena mungkin rasanya kurang enak, pemasarannya hanya terbatas pada lingkup terbatas yang mudah jenuh atau barang yang dijualnya harganya kalah murah dari pedagang lama, karena tidak tahu dimana bisa mendapatkan barang dagangan dengan harga murah. Ada juga yang terus bisa bertahan, tapi pada saat mereka mendapatkan kembali pekerjaan, usaha tersebut juga ikut berhenti. 

Apa kesimpulan yang dapat ditarik? Iya benar, ekspertis atau keahlian mereka dalam berdagang belum matang, mungkin dikarenakan persiapan yang terburu - buru tanpa pengkajian lebih dalam, mungkin karena strategi yang dijalankan salah atau mungkin juga belum tahu mengenal segmen pasar yang ada disekitaran tempat usahanya. Kalaupun ada yang bertahan lama dan berkembang, maka akan membuat pangsa pasar pedagang yang menjual produk yang sama, menjadi menurun. Tentu kasihan juga pedagang lama, dimana pada saat omzet menurun karena daya beli masyarakat rendah, ditambah dengan tumbuhnya kompetitor - kompetitor baru. Tapi jangan takut, rejeki memang sudah diatur oleh Allah SWT, sehingga dapat dipastikan tidak akan tertular atau hilang.

Mulailah Usaha Sesuai Keahliannya

Berarti kalau begitu mereka salah? Tidak salah juga, tapi kurang tepat, khususnya bagi karyawan yamg kehilangan pekerjaan. Kalau kita ulang contoh diatas, ada yang dulunya driver pribadi lalu menjadi tukang bangunan, kasihan dong dengan tukang bangunan yang sudah kawakan, proyeknya akan semakin sedikit, hasil pekerjaan tukang bangunan yang dulunya driver tersebut, belum tentu sebagus tukang bangunan kawakan. Menurut saya driver tadi sebaiknya membuka usaha atau bekerja sesuai keahliannya, misalnya memberikan jasa pelatihan menyetir bagi yang akan membuat surat ijin mengemudi (SIM) atau bagi mereka yang baru punya mobil, jika melatih mengemudipun susah karena butuh modal besar karena mungkin harus punya mobil, eks driver tersebut bisa mencari alternatif lain yang mendekati keahliannya, seperti membuka bengkel kecil khusus untuk mobil di tempat yang belum banyak bengkel di sekitarnya. Atau yang dulumya manager sales, tidak harus menjadi driver ojek online, dengan ilmu, pengalaman dan keahlian yang dimilikinya mungkin bisa menjadi seorang profesional sebagai konsultan sales bagi usaha lokal yang sedang berkembang misalnya.

Semakin kompleks komposisi profesi pekerjaan dalam suatu wilayah akan semakin cepat memajukan wilayah itu. Misalnya, jika di satu kelurahan, sebagian besar didominasi oleh para petani, maka kelurahan itu akan lebih lambat berkembang dibandingkan dengan kelurahan yang di dalamnya terdapat petani, penyuluh, peternak sapi atau kerbau, pembuat pupuk lokal, pedagang hasil tani, pedagang daging sapi, pedagang bibit, penggilingan padi, tukang service mesin penggiling padi, pengusaha jasa sewa truk, dll.

Momentum Naikkelaskan Profesi di Indonesia

Ilmu, keahlian dan pengalaman yang sudah dimiliki dari orang yang kehilangan pekerjaan ini dapat dijadikan modal yang dimiliki untuk memulai suatu usaha, saran profesi yang relatif tepat digunakan oleh para karyawan yang kehilangan pekerjaan adalah pilihlah menjadi profesional. Semakin banyak profesional yang dimiliki Indonesia, insyaAllah akan membawa kualitas profesi di Indonesia naik kelas, membuka lapangan - lapangan pekerjaan baru untuk rencana jangka panjang, bukan hanya sebagai pekerja di suatu perusahaan orang lain atau asing, tapi membangun Indonesia dengan usaha yang dimilikinya sendiri dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas.

Inilah mungkin bagian sangat kecil dari hikmah pandemik yang dapat kita renungkan dan manfaatkan, khususnya di Indonesia. Semoga dapat menjadi bahan inspirasi dan menjadi manfaat.

Saturday, November 30, 2019

Cara Mass Upload Produk di Shopee

Sebagai seller yang memiliki produk yang banyak dan ingin segera berjualan di Shopee, tidak perlu input barangnya satu - persatu.

Berikut cara untuk menginput barang sekaligus di Shopee Seller. Menu ini sebaiknya dibuka di komputer desktop atau laptop. Login menggunakan login Shopee yang aktif.

  1. Buka halaman seller Shopee di  https://seller.shopee.co.id/. Pilih menu Produk Saya, lalu buka drop down Edit Secara Masal dan klik Mass Upload.
  2. Klik tab Download Template, lalu pilih kategori Ibu & Anak untuk sub kategori mainan edukatif, lalu klik tombol Download
  3. Lengkapi file yang berhasil di-download seperti yang ada di contoh, nama file: Template Mass Upload Shopee.xlsx
  4. Setelah dilengkapi klik tab Upload File dan klik tombol Pilih File dan arahkan ke lokasi file template yang sudah di-download dan dilengkapi sebelumnya. File akan ter-upload otomatis oleh Shopee.
Mudah bukan, selamat mencoba.

Cara Jual Barang Sekaligus di Bukalapak

Sebagai seller yang memiliki produk yang banyak dan ingin segera berjualan di Bukalapak, tidak perlu input barangnya satu - persatu.

Berikut cara untuk menginput barang sekaligus di BukalapakSeller. Menu ini sebaiknya dibuka di komputer desktop atau laptop. Login menggunakan login Bukalapak yang aktif.


  1. Buka halaman dashboard  https://seller.bukalapak.com/dashboard, klik menu Jual Barang.
  2. Pilih tab Jual Banyak Barang Sekaligus, pilih kategori dari data produk yang akan diupload, maksimum 3 kategori, lalu klik tombol Download Template. Buka file hasil download dan lengkapi  seperti file Template Jual Banyak Barang Sekaligus Bukalapak.xlsx
  3. Kalau sudah diisi dan dilengkapi, maksimum 50 item per hari, klik tombol Pilih & Upload File, arahkan ke file template yang tadi sudah di-download dan dilengkapi. Item langsung di-upload oleh Bukalapak, tunggu lalu tekan tombol Muat Ulang dibagian Cek Status dan Riwayat Upload Template
  4. Jika ada kesalahan atau kekuranglengkapan informasi, pilih tombol Perbaiki Barang dan setelah dilengkapi tekan tombol Jual Barang. Lakukan sampai jumlah barang yang harus diperbaiki habis.
Mudah bukan, selamat mencoba.

Cara Tambah Barang Sekaligus di Tokopedia

Sebagai seller yang memiliki produk yang banyak dan ingin segera berjualan di Tokopedia, tidak perlu input barangnya satu - persatu.

Berikut cara untuk menginput barang sekaligus di Tokopedia Seller. Menu ini sebaiknya dibuka di komputer desktop atau laptop. Login menggunakan login Tokopedia yang aktif.


  1. Buka halaman Pengaturan Produk dari menu seller https://seller.tokopedia.com/manage-product. Klik tombol Tambah Sekaligus, di kanan atas. 
  2. Klik tombol Download Template, setelah selesai di download, isikan seperti contoh isian yang ada di lampiran, nama file: template-product-tokopedia.xlsx. Kalau sudah diisi (maksimum 100 item per hari), simpan dan klik tombol Pilih File, dan arahkan ke file template yang tadi sudah dilengkapi.
  3. Klik tombol Upload. Kalau sukses akan keluar tombol selesai, kalau ada yang error tekan tombol Download Report.
  4. Perbaiki/edit item - item yang ada di download report dari template yang sudah dilengkapi sebelumnya, lalu ulangi langkah nomor 3.
  5. Cek item - item yang sukses di-upload dari menu Daftar Produk untuk memastikan.
Mudah bukan, selamat mencoba.

Wednesday, October 16, 2019

Perjalanan ke Jantungnya Teror

Mencengangkan, 10 tesis politisi Jerman tentang Islam. Seorang  politikus dari partai CDU (Kristen-Demokrat) yang pernah 18 tahun duduk di parlemen Jerman, Jürgen Todenhöfer, telah membaca Qur'an.

Setelah membaca, mengamati dan berpikir, Todenhöfer menulis. Hasilnya: sebuah buku “Feinbild Islam – Zehn Thesen gegen Hass” (Potret Buruk Islam – Sepuluh Tesis Anti Kebencian”), yang terbit di akhir tahun 2011. Berikut ringkasannya:

1. Barat Lebih “Brutal“ dari Dunia Islam

Todenhöfer, dalam tesis pertama, mengingatkan fakta sejarah yang sering terlupa di dua abad terakhir. Barat jauh lebih brutal daripada dunia Muslim. Jutaan warga sipil Arab tewas sejak kolonialisme dimulai. Atas nama kolonialisasi, Prancis pernah membunuh lebih dari dua juta penduduk sipil di Aljazair, dalam kurun waktu 130 tahun. Atas nama kolonialisasi, Italia pernah menggunakan phosphor dan gas mustard untuk menghabisi penduduk sipil di Libya. Atas nama kolonialisasi, Spanyol juga pernah menggunakan senajata kimia di Marokko.

Tidak berbeda di era setelah perang dunia kedua. Dalam invansi perang Teluk kedua, semenjak tahun 2003, UNICEF menyebutkan, 1,5 juta penduduk sipil Irak terbunuh. Sepertiganya anak-anak. Tidak sedikit dari korban terkontaminasi amunisi uranium. Di Baghdad, hampir setiap rumah kehilangan satu anggota keluarganya.

Sebaliknya, di dua abad terakhir, tidak satu pun negara islam menyerang, mengintervensi, mengkolonialisasi Barat. Perbandingan jumlah korban mati (dunia Islam: dunia Barat) adalah 10:1. Problema besar dunia, di dua abad belakangan ini, bukan kebrutalan Islam, tapi kebrutalan beberapa negara-negara Barat.

2. Mempromosikan Anti-Terorisme, Melahirkan Terorisme

Terorisme jelas tidak dibenarkan. Menilik secara objektiv, terorisme justru lahir dari politik anti-terorisme Barat yang keliru.

“Seorang pemuda muslim,” tulis Todenhöfer, “yang secara rutin memantau berita di televisi, hari demi hari, tahun demi tahun, akan situasi di Irak, Afghanistan, Pakistan, Palestina dan di tempat lain, di mana perempuan, anak-anak dan penduduk sipil, dihabisi oleh Barat dengan brutal, justru diprovokasi untuk menjadi seorang teroris.”

Beruntung saja, sebagian besar pemuda islam tidak terpancing. Mereka memilih jalan yang berbeda. Di Tunisia, Mesir, Libya, Marokko, dan negara-negara muslim lainnya, mereka menjawab ketidak-adilan yang menimpa mereka melalui jalan demokrasi dan teriakan kebebasan, bukan teror dan kekerasan.

3. Terorisme: Fenomena Dunia, Bukan Fenomena Islam

Pemeo favorit di setiap diskursi bertemakan terorisme: “Tidak setiap muslim teroris, tapi seluruh teroris adalah muslim.” Selain jauh dari benar, dengan data dan fakta, propaganda ini mudah dipatahkan.

Data resmi Badan Kepolisian Eropa, Europol, menyebutkan: Dari 249 aksi teror di tahun 2010, hanya tiga yang pelakunya berlatar belakang Islam. Bukan 200, bukan 100 – tapi tiga! Data di tahun-tahun sebelumnya, juga tidak kalah mengejutkan: Dari 294 aksi terror di tahun 2009, hanya satu yang berlatar belakang Islam. Hanya satu dari 515 aksi teror di tahun 2008. Hanya empat dari 583 di tahun 2007.

4. Hukum Internasional untuk Semua

Di hadapan hukum internasional, dunia Barat selalu mentematisir, dan merekam dengan baik, 3500 korban terorisme yang jatuh atas nama “teror-Islam“ semenjak pertengahan 1990-an (termasuk korban WTC, pada 11/9). Tapi mengapa ratusan-ribu warga sipil yang terbunuh dalam intervensi di Irak tidak pernah ditematisir.?

Lebih jauh, Todenhöfer bertanya kritis: “mengapa elite Barat, tidak pernah sekalipun menimbang; membawa George W. Bush dan Tony Blair ke hadapan mahkamah internasional, atas serangan sepihaknya ke Irak.? Apakah hukum internasional hanya berlaku untuk orang-orang non-Barat.?“.

Perang, bukan jawaban untuk aksi-aksi terorisme. Perang, hanya manis untuk mereka yang tidak mengenalnya. Teroris yang membunuh orang-orang tidak berdosa, bukanlah pejuang kebebasan, bukan pahlawan, bukan pula syuhada. Mereka mengkhianati agama mereka. Mereka adalah pembunuh.

5. Muslim, Toleransi dan “Perang Suci“

Bukan Muslim, yang atas nama kolonialisasi membunuh 50 juta nyawa di seantero Afrika dan Asia. Bukan Muslim, yang atas nama perang dunia pertama dan kedua menghabiskan 70 juta nyawa. Bukan pula Muslim, yang menggencarkan genosida terhadap 6 juta orang-orang Yahudi.

Islam tidak mengenal kata suci dalam kaitannya dengan perang. Jihad bermakna sungguh-sungguh di jalan Tuhan. Tidak ada satu tempat pun di Qur'an yang memaknakan jihad dengan perang suci. Karena perang tidak pernah suci, dan kesucian hanya ada di jalan perdamaian.

6. Kontekstual Qur'an dan Islam-Teroris

Permasalahan besar dalam perdebatan Qur'an di dunia Barat, adalah setiap orang bernafsu membicarakannya, sangat-sangat sedikit yang pernah membacanya.

Sebagian besar mereka tidak lagi rasional dan ilmiah. Hanya mengutip beberapa tekstual yang mengesankan islam pro “perang” tanpa pernah mau tahu konteksnya. Padahal pesan-pesan Qur'an yang dikesankan seperti itu, spesifik diterima Muhammad, dalam konteks perlawanan antara penduduk Mekkah dan Madinah, waktu itu.

Seperti Musa dan Isa, Muhammad tidak dilahirkan pada situasi dunia yang sedang vakum, apalagi damai. Mereka hadir pada saat moralitas dunia bobrok, penuh perang, perjuangan dan perlawanan. Adalah sangat lumrah beberapa tekstual yang terkesan pro “perang” itu bisa ditemukan di Qur'an, semudah bisa ditemukan di kitab Perjanjian Lama dan kitab Perjanjian Baru.

Secara semantis, diksi “islam-teroris”, “kristen-teroris” atau “yahudi-teroris” adalah sebuah penyesatan bahasa. Terorisme, menurut Todenhöfer, berdiri di atas instrumen setan, tidak boleh dikaitkan dengan kesucian Tuhan dan keagamaan. Memang benar, di dalam Islam, Kristen, atau Yahudi ada ideologi teror – tapi bukan ajaran agamanya. Ideologi ini tidak mengantarkan mereka ke surga, tapi ke neraka.

7. Fakta atau Fake.?

Kalimat andalan kritikus anti-Islam di barat: “siapa yang menginginkan panggilan azan terdengar di kota-kota kami, harus membiarkan juga lonceng gereja berbunyi di kota-kota mereka!” Padahal nyatanya: Di Teheran, semisal, berdiri banyak gereja. Loncengnya berbunyi tidak jarang, dan tidak pelan. Lebih jauh, anak-anak kristen memiliki pelajaran agamanya sendiri (sesuatu yang luxus untuk anak-anak muslim di Barat).

Barat mengidentifikasi jilbab sebagai simbol pengekangan dan ketertindasan. Dari survey resmi, wanita-wanita pemakai jilbab, yang begitu dipedulikan barat itu, justru berkata bukan (atas kesadaran pribadi). Sinisme jilbab, sebagian besar justru datang dari mereka yang tidak berjilbab dan anti-jilbab. Memaksa seseorang berjilbab, jelas menyalahi hak asasi. Tidak jauh berbeda, dari prosesi pemaksaan untuk melepasnya.

Barat menuduh perempuan-perempuan islam tidak berpendidikan. Fakta dari dunia islam menjawab lain. Secara statistis, perempuan di negara-negara mayoritas islam, justru lebih berpendidikan dibanding Barat: 30% Profesor di Mesir perempuan, padahal di Jerman jumlahnya hanya sekitar 20%. Lebih dari 60% mahasiswa di Iran adalah perempuan. Di Uni Emirat Arab, sudah semenjak tahun 2007, mahasiswa perempuan menginjak angka yang sulit dipercaya: 77%.

8. Seorang Muslim = Seorang Yahudi = Seorang Kristen

Tidak ada seorang bayipun terlahir sebagai seorang teroris. Barat harus memperlakukan seorang Muslim, persis seperti seperti mereka memperlakukan seorang Kristen atau Yahudi.

Tidak jarang kita dengar politikus dan aktivis Barat, demonstratif, mengumbar kalimat penuh kebencian terhadap Islam. Frank Graham, penasehat George W. Bush, menyebut Islam sebagai “agama iblis dan sihir”. Politikus kanan Belanda, Geert Wilders, menyebut Islam sebagai “agama fasis”. Thilo Sarrazin, politikus Jerman memberikan thesis: “secara genetis, anak-anak dari keluarga Islam, dilahirkan di bawah tingkat kecerdasan rata-rata.”

Bayangkan sejenak, jika Frank Graham, Greet Wilders, dan Thilo Sarrazin mengganti objek tesis-nya bukan kepada “Islam”, tetapi menjadi “Yahudi” atau “Kristen”. Tidakkah ucapan seperti itu akan menjadi badai kemarahan yang dahsyat.? Mengapa Barat boleh mengatakan hal-hal penuh fasistik dan rassist terhadap Islam, yang justru di kalangan orang-orang Kristen dan Yahudi sesuatu yang tabu.? Barat harus mengakhiri demonisasi Islam dan Muslim.

9. Muslim Melawan Teror

Di tesis kesembilan, Todenhöfer mengajak umat Islam, melalui sebuah reformasi sosial, menjejak Nabi Muhammad yang berjuang untuk sebuah Islam yang beradab dan toleran. Untuk tatanan ekonomi dan politik yang dinamis, bukan statis – sambil mempertahankan identitas keagamaannya. Untuk persamaan yang penuh, pria dan wanita. Untuk kebebasan beragama yang nyata.

Tidak seperti politikus umumnya, Muhammad, bukan seorang reaksioner. Dia adalah seorang revolusioner, berani berpikir dan berani mematahkan belenggu tradisi. Islam di masa Muhammad bukanlah agama stagnan, apalagi regresif, tetapi pembaruan dan perubahan. Muhammad berjuang untuk perubahan sosial, ia pahlawan orang miskin dan orang lemah. Dia mengangkat hak-hak kaum perempuan, yang di periode sebelumnya nyaris tidak ada.

Muhammad bukan seorang fanatik atau seorang ekstrimis. Dia hanya ingin membawa orang-orang Arab, yang kala itu terjebak pada belenggu politeistik, untuk kembali ke sumber aslinya yang murni, agama Ibrahim, persis seperti yang disuarakan Musa dan Isa.

Terorisme, yang berada di sekelumit dunia Islam pada hari ini adalah distorsi ajaran Muhammad. Ini adalah kejahatan melawan Islam. Dunia Islam tidak boleh membiarkan citra baik Islam, yang dibangun Muhammad 14 abad yang lalu, dihancurkan seketika oleh ideologi kriminal ini. Dunia Islam perlu memerangi ideologi terorisme ini, persis seperti Muhammad memerangi berhala-berhala dari periode pra-Islam.

10. Politik Bukan Perang

Kalimat bijak pernah mengajarkan: “Ketika kamu tidak bisa menaklukkan musuhmu, peluk dia.!”

Masalah kompleks di Timur tengah, hanya bisa diselesaikan dengan jalur politik, bukan dengan perang. Barat harus membuka pintu diskusi yang lebih lebar untuk dunia Islam. Barat harus membuka ruang bilateral dan unilateral lebih besar untuk negara-negara Arab. Kesatuan dan stabilitas yang perah terjadi di Uni Eropa, nyatanya, tidak berdiri di atas invansi senjata, tapi di atas politik diplomatisasi yang penuh visi.

Sebuah visi akan sebuah dunia, yang setiap negara di dalamnya dihargai. Sebuah penghargaan yang tanpa diskriminasi. Politik anti-diskriminasi yang dibangun di atas keadilan dan kebebasan, bukan perang, apalagi penindasan. [mc]

https://g.co/kgs/brdmBZ

Penulis: Yudi Nurul Ihsan, Mahasiswa Indonesia S3 di Jerman.
Setiap muslim berkewajiban membela Islam dan muslimin dng seluruh kemampuannya.

Friday, October 11, 2019

Cara Melakukan Klaim BPJS Ketenagakerjaan



Berikut ini persyaratan dan langkah - langkah dalam proses pengajuan klaim BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) atau sebelumnya dikenal dengan nama Jamsostek. 

Ada beberapa kriteria dan jenis klaim, pada postingan ini, saya mengkhususkan untuk pengajuan klaim secara online karena mengundurkan diri dan mencairkan 100% dana JHT (Klaim JHT Penuh).

Persyaratan

Persyaratan yang perlu dipenuhi untuk pengajuan klaim BPJS Ketenagakerjaan diantaranya sebagai berikut.
  1. Harus terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Untuk memastikan ini, Anda harus memiliki kartu BPJS Ketenagakerjaan dan kartu Jaminan Pensiun. Namun jika mengundurkan diri sebelum usia pensiun, maka kartu yang digunakan adalah kartu BPJS Ketenagakerjaan yang saat ini bentuknya seperti foto diatas. Jika Anda tidak memiliki kartu BPJS TK, silakan menghubungi bagian personalia atau kepegawaian atau HRD ditempat Anda bekerja sebelumnya.
  2. Status Kepesertaan harus sudah non aktif. Sebelum mengajukan klaim, Anda harus memastikan bahwa status kepesertaan BPJS TK Anda sudah non aktif. Untuk mengetahui BPJS TK, silakan menghubungi bagian personalia atau kepegawaian atau HRD ditempat Anda bekerja sebelumnya. Atau Anda bisa men-download dan meng-install aplikasi BPJSTKU, Anda bisa melihat apakah status BPJSTKU Anda masih aktif atau tidak. Jika status masih kepesertaan masih aktif, silakan menghubungi bagian personalia atau kepegawaian atau HRD ditempat Anda bekerja sebelumnya.

Langkah - langkah Proses Klaim secara Online (e-klaim)

Ada 2 cara mengajukan e-klaim:
  1. Melalui aplikasi BPJSTKU yang bisa di-download melalui Playstore (Android) dan AppStore (iOS).
  2. Melalui website https://antrian.bpjsketenagakerjaan.go.id/
Sebelum melakukan proses e-klaim melalui website atau aplikasi di Android atau IOS, perlu dipersiapkan dokumen - dokumen sebagai berikut:
  1. Kartu Tanda Penduduk.
  2. Kartu BPJS Ketenagakerjaan.
  3. Alamat Email yang masih aktif.

Pada postingan ini saya mengambil contoh melakukan proses e-klaim melalui website.



Berikut langkah - langkah pengajuan e-klaim melalui website: https://antrian.bpjsketenagakerjaan.go.id/:

  1. Ketikkan atau klik link berikut https://antrian.bpjsketenagakerjaan.go.id/
  2. Ketikkan 16 digit NIK atau juga dikenal dengan nomor e-KTP.
  3. Ketikkan 11 digit nomor kepesertaan BPJS.
  4. Ketikkan nama lengkap sesuai e-KTP.
  5. Ketikkan nomor handphone yang didaftarkan pada kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan.
  6. Pilih wilayah pelayanan sesuai domisili Anda.
  7. Pilih kantor cabang pelayanan terdekat dengan domisi Anda.
  8. Tentukan tanggal kedatangan Anda. Tanggal yang tersedia akan tampil pada kalendar.
  9. Tentukan jam kedatangan Anda.
Nomor antrian akan dikirimkan melalui email Anda, simpan atau cetak email antrian tersebut sebagai lampiran dokumen yang perlu dibawa.

Dokumen yang perlu dibawa saat mendatangi kantor pelayanan BPJS pada tanggal dan waktu yang ditentukan

  1. Kartu Peserta (Asli).
  2. KTP (Asli dan 1 (satu) Lembar Fotocopy).
  3. KK (Asli dan 1 (satu) Lembar Fotocopy).
  4. Keterangan Kerja / Varklaring (Asli dan 1 (satu) Lembar Fotocopy).
  5. Buku Rekening (Asli dan 1 (satu) Lembar Fotocopy).
  6. NPWP (Asli dan Fotocopy)
Datanglah minimal 15 menit sebelum jam yang Anda pilih, temui dan serahkan dokumen yang Anda bawa kepada petugas/satpam untuk mendapatkan nomor antrian pelayanan.
          Mudah bukan?




          Sunday, September 29, 2019

          Agile vs Waterfall

          About the last two years, many companies in Indonesia have followed the trend on developing IT system using Agile methodology. The most widely used framework is Scrum.

          Agile is very different from the conventional methods used in the development of IT systems. Conventional methods also known as Waterfall methodology.

          The most significant difference between Agile and Waterfall method is the staging, project timeline and size of development team or project team.

          Agile characteristics include simpler staging (project initialization, development, test, deployment, maintenace — incremental enhancement will be executed during maintenance stage), small applications, time required from the assessment until UAT or Go-live is short, incremental and complex team member.

          Waterfall characteristics include longer staging (assessment, analysis, development, key-user test, enhancement, key-user test, enhancement, end-user test, security test (SAT), training (nursing period), deployment, maintenance), enterprise applications such as ERP, or in-house development, longer timeline and small team involved.

          Strong Points of Agile:
          # Low development cost.
          # Time saving.
          # Suitable for Ad-hoc projects or small project design.
          # Less customized framework.

          Weakness Points of Agile:
          # Large integrated project team member (Scrum member) is required, exclude Project Owner and Scrum Master.
          # Relative will be immature system.
          # User satisfaction index is low.

          Strong Points of Waterfall:
          # Small team member needed (Product Owner, Project Owner, System Analyst and System Developer).
          # Mature system and well-tested.
          # Best practices and universal.
          # User satisfaction index is higher.

          Weakness Points of Waterfall:
          # High cost.
          # Spend longer time for developing the system.

          By considering each characteristic, it can be concluded that Agile methodology might not be used for all types of system development, especially for enterprise systems. We still need to mix between Agile and Waterfall at this moment. (MFI)

          Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

          Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, sil...