Saturday, September 11, 2010

Oo ... Asing to?

Oleh : Anif Punto Utomo

Agenda rutin Ahad pagi:
* Bangun pagi usai shalat Subuh langsung minum Aqua satu literan.
* Siap-siap olahraga sembari ngemil Taro untuk iseng-iseng mengisi perut.
* Lari pagi keliling kompleks, berhenti sebentar di warung rokok membeli Ades kemasan 300 ml untuk jaga-jaga haus di jalan.
* Satu jam olahraga, di rumah sudah tersedia segelas susu SGM agar badan tetap fit.
* Cukup satu tegukan, segelas susu ludes, dan langsung mandi memakai sabun Lux.
* Badan segar. Baca koran sambil minum teh hangat Sariwangi.
* Satu jam kemudian, sarapan sudah siap. Telor ceplok tersaji di meja, ditemani kecap cap Bango.
* Selesai sarapan, baca koran dilanjutkan. Di sebelah sudah ada biskuit Helios dan Nyam-Nyam punya anak-anak untuk sekadar cemilan.
* Sebentar kemudian tersedia pula kentang goreng ala Kentucky dengan ditemani saus tomat dan saus sambal ABC.

Mungkin begitu agenda rutin Anda tiap hari libur. Atau, setidaknya mendekatilah. Tapi, sadarkah Anda bahwa makanan yang Anda makan dan minuman yang Anda teguk itu kelak hanya akan memperkaya orang-orang asing? Pasalnya, perusahaan yang memproduksinya adalah milik asing.

Pemilik 65 persen saham ABC adalah HJ Heinz (AS). Sariwangi, Bango, dan Taro sudah 100 persen milik Unilever (Inggris). Aqua, 74 persen dikuasai Danone (Prancis). Helios dan Nyam-Nyam total dipegang Cambell (AS). Ades milik Cocacola. SGM lewat Sari Husada 82 persen dimiliki Numico (Belanda).

Kalaupun Anda tidak menyadarinya, tak perlu khawatir, Anda tidak sendirian. Banyak di antara kita yang tidak tahu bahwa ternyata produk-produk terkenal bermerek lokal itu sudah jatuh ke tangan asing lewat langkah akuisisi, entah ekuisi total atau mereknya saja.

Dan kondisi seperti itu bukan cuma di bidang barang konsumsi (consumer goods). Nyaris di semua bidang usaha, asing sudah mengangkanginya. Ibaratnya, si asing ini sudah sempurna dalam mengisi sendi-sendi kebutuhan hidup kita. Mulai dari suprastruktur sampai finansial.

Anda membangun rumah, misalnya, maka Anda butuh semen. Mau semen Tiga Roda bikinan Indocement maupun Semen Gresik, semuanya sudah dikuasai asing. Indocement dipegang Heidelberg Jerman, sedangkan Semen Gresik oleh Cemex Meksiko.

Begitu juga saat berhubungan dengan bank. BCA sudah digenggam konsorsium asing Farallon (meski di dalamnya ada Grup Jarum). Danamon juga sudah melayang ke asing, saat ini dikuasai Asia Financial Indonesia (AFI), yang merupakan konsorsium Deutsche Bank dan Temasek Singapura.

Barangkali selama ini Anda merasa sudah nasionalis karena sebagian kebutuhan hidup memakai produk bermerek lokal. Tapi kuburlah saat ini rasa nasionalis itu. Merek lokal sudah tidak jaminan lagi dimiliki oleh orang lokal. Merek lokal yang skalanya sudah menasional, banyak yang berpindah tangan.

Memang, ada yang berpendapat bahwa asing tidaklah masalah, toh mereka tetap membayar pajak, membuka lapangan kerja, dan menumbuhkan perekonomian nasional. Betul, tapi masalahnya, apakah kita tidak nelangsa kalau semua produk yang dikonsumsi demi keuntungan asing.

Repatriasi (pemulangan) keuntungan yang dibawa oleh perusahaan asing ke negeri masing-masing sangatlah besar. Belum ada data resmi. Tapi, ada yang memperkirakan bahwa per tahun repatriasi ini bisa mencapai belasan miliar dolar. Taruhlah 10 miliar dolar saja, itu berarti sudah Rp 85 triliun.

Kalau saja perusahaan asing tersebut memang sejak awal menanamkan modal lewat PMA (penanaman modal asing) tak begitu masalah. Di kasus ini, perusahaan asing tersebut tinggal membeli perusahaan lokal yang pasarnya sudah jadi dan tinggal memetik keuntungan.

Kecenderungan itu klop dengan kebijakan ''Meganomics'' yang bermental pedagang. Ada barang bagus dijual. BCA bagus dijual. Indosat bagus dilego. Dan masih banyak yang lain. Pada gilirannya, nanti kita akan kerepotan karena begitu banyak dolar yang keluar dari sini akibat dari repatriasi ini.
Jika Anda memakai atau mengonsumsi merek lokal, cari tahulah siapa pemiliknya. Dan, kelak akan semakin sering Anda berguman, ''Oo ... asing to?''

No comments:

Post a Comment

Thank you to leave a comment for kuyusku. We will get back to you as soon as possible. Have a great day!

Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, sil...