Monday, September 20, 2010

Pengamen Cilik Itu, Sukmanya....

Emha Ainun Nadjib


Kalau Anda suka lesehan makan di Malioboro malam atau ngemil jagung bakar di alun-alun, pasti merasakan berbagai segi pengalaman dengan para pengamen. Jumlah mereka banyak bukan main, ya ?

Memang makin banyak anak-anak muda penganggur. Kita musti prihatin dan santun kepada mereka, meskipun terkadang kita sebel saking banyaknya yang datang ngamen. Satu jam duduk ngemil jagung, bisa tujuh atau sepuluh pengamen. Jumlah uang untuk pengamen bisa jauh lebih banyak dibanding untuk bayar jagung dan ronde.

Kalau di Jakarta lain lagi.

Naiklah Bis Kota, anak-anak muda pengamen dalam bis bisa lebih tertib dan profesional. Pakai MC segala. "Ibu-ibu dan Bapak-bapak serta Saudara-saudara sekalian. Selamat siang. Untuk mengurangi kelelahan Anda dalam perjalanan ini, kami bermaksud menghibur dengan beberapa lagu..."

Para pengamen itu pakai topi, kupluk, atau blangkon. Begitu selesai lagi, topi dicopot, ditengadahkan dan beredar ke tempat duduk para penumpang. Anda persilakan memberi atau tidak. Mungkin hukumnya "fardhu kifayah".

Sebelum berlalu, mereka ber-MC lagi: "Terima kasih kami ucapkan kepada Anda sekalian atas perhatiannya kepada kami. Kami doakan semoga selamat dan sejahtera sampai di tujuan."

Beberapa hari ini saya menyaksikan yang ngamen di bis itu anak-anak kecil.Pidatonya juga tidak kalah canggih. Tapi umumnya mereka belum bisa memainkan instrumen musik. Jadi mungkin sekadar nyanyi diiringi kendang kayu.

Terkadang mereka menyanyi polos, keras, memekik, berteriak, serak dan melonjak-lonjak-seperti menghentakkan derita batin yang mereka sendiri belum mengenalnya. Yang paling tajam adalah pemandangan wajah mereka dan sorot mata mereka. Memancarkan ketidakbahagiaan dan ketidakrelaan.

Anak-anak seumur itu, bukan saja tidak memperoleh kesempatan pendidikan, tapi juga tak mendapatkan santunan sosial, tak mendapatkan hak mereka untuk dikasih makan-minum setiap hari; sehingga mereka harus gigih sedemikian rupa. pasti derajat mereka jauh lebih tinggi dibanding para koruptor, atau para pengemis
terhormat, atau apalagi yang korupsi dan pengemisannya 'legal' dan tidak kentara.

Tapi sukma para pengamen anak-anak itu tidak akan rela. Tetapi mereka memancarkan cahaya dari Allah yang juga tidak ridha, tidak rela........

Quoted from :
"Secangkir Kopi Jon Pakir", Emha Ainun Nadjib, Mizan, Bandung, 1992

No comments:

Post a Comment

Thank you to leave a comment for kuyusku. We will get back to you as soon as possible. Have a great day!

Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, sil...