Oleh: Muhammad Firdaus.
Aji adalah petani sukses, dia selalu beruntung dalam perniagaan. Dulu Aji kecil adalah anak yang selalu merasa menjadi anak yang selalu tidak beruntung, kedua orang tuanya yang petani penggarap slalu mengajaknya ke sawah untuk membantunya bekerja ketimbang menyuruhnya belajar, berbeda dng saudara - saudaranya yang lain. "Kamu andalan bapak, biarkan saudaramu yang lainnya sekolah dengan baik, kamu bisa belajar dari mereka nanti, sekarang waktunya kamu membantuku" ujar bapaknya dengan yakin. Tapi walaupun begitu sisa waktu belajar yang sempit dipergunakannya untuk mengingat pelajaran, seringkali Aji
belajar pada waktu tidurnya atau selepas subuh, tak lebih dari satu jam. Dalam keadaan yang serba kurang beruntung, dia selalu kesal tapi tetap dia jalankan sebaik mungkin. Kini Aji adalah kebalikan masa kecilnya. Aji menjadi yang terbaik di lingkungan tempat dia tinggal.
belajar pada waktu tidurnya atau selepas subuh, tak lebih dari satu jam. Dalam keadaan yang serba kurang beruntung, dia selalu kesal tapi tetap dia jalankan sebaik mungkin. Kini Aji adalah kebalikan masa kecilnya. Aji menjadi yang terbaik di lingkungan tempat dia tinggal.
Setelah berumahtangga, kehidupan Aji makin membaik. Hasil sawah berlimpah dan tengkulak terbaik menjadi pemasoknya. Aji hidup mewah dan berkecukupan. Anak - anaknya tumbuh sehat. Dia didik anaknya
dengan cara yang sama seperti apa yang dia terima dari orang tuanya.. Walaupun hidup mewah tapi tak seorangpun dari anak - anaknya merasa hidup mewah.
dengan cara yang sama seperti apa yang dia terima dari orang tuanya.. Walaupun hidup mewah tapi tak seorangpun dari anak - anaknya merasa hidup mewah.
"Papa ajak kamu seperti ini karena kamu harapan papa, kalian harus merasakan hidup yang tidak gampang". Aji mempunyai 3 putra, ketiganya diperlakukan sama. Namun apa yang Aji dapat? Tak satupun dari ketiga
putranya berhasil, malah terlebih parahnya tak satupun dari mereka menyelesaikan sekolahnya, tidak juga berpestasi dalam pekerjaannya.
putranya berhasil, malah terlebih parahnya tak satupun dari mereka menyelesaikan sekolahnya, tidak juga berpestasi dalam pekerjaannya.
Rumah tangga mereka jatuh terpuruk, sedikit demi sedikit harta yang dimilikinya habis untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari - hari. Kini sesal dalam diri Aji. Dia merasa bahwa apa yang dididik kepada anak -
anaknya adalah kemauannya bukan kemauan mereka, Aji menganggap anak - anaknya akan bisa bersikap seperti dirinya pada masa lalu, kreatifitas mereka terbunuh, ketergantungan terhadap peran orang tua menjadi
sangat tinggi. Mereka menjadi tidak mandiri.
Kebebasan berpikir mandiri dan berkreatifitas adalah yang terbaik ketimbang memaksakan suatu keinginan tanpa mengetahui minat dan bakat mereka. Orang tua hanya sebatas mengarahkan dan mendukung agar apa yang diinginkan anak - anak mereka dapat terwujud.
--
Sent from my mobile device
Sent from my mobile device
tapi kebanyakan anak sekarang juga sukanya menyepelekan orang tua, di kasih kebebasan malah di salah gunakan.
ReplyDeleteSetuju non, di sgala aspek khidupan yang berbau - bau dosa selalu banyak peminatnya :). Mudah2an anak2 jaman yang akan datang punya bekal agama yg lbh kuat, punya ortu yg lbh bijak dan lbh well educated, Amiin
ReplyDelete