Tuesday, January 1, 2013

Sok Jago

"Ngapain takut, bokap gua aja, gua lawan, bentar lagi bokap gua bakal kena pukul sama gua"

Kata - kata ini keluar dari mulut, remaja putus sekolah yang usianya kira - kira 14 tahun dihadapan teman - teman sebayanya, anak dari tetangga saya yang bapaknya seorang pemulung botol atau gelas minuman mineral dan ibunya seorang pencuci baju tetangga serabutan. Kata - kata ini saya dengan pada saat ada acara kumpul - kumpul RT dilapangan dekat dengan rumah saya. Saat itu ingin rasanya saya, memberikan hukuman kepadanya dengan menegur anak tetangga saya itu tapi niat itu saya urungkan karena saya tidak ingin membuat dia malu didepan  teman - temannya, lagi pula kalau saya sudah buat dia malu tentu susah buatnya untuk mendengar apa yang akan saya sampaikan ke anak itu selanjutnya.

Akhirnya, pada saat acara sudah bubar - saya ajak anak itu pulang bersama dijalan yang tidak panjang itu saya manfaatkan sebaik - baiknya untuk menegurnya.

Saya : "Kamu jagoan ya?"
Anak Tetangga: Dia mendongak dan balik bertanya "Memang ada apa yah?"

S: "Tadi kamu bilang didepan teman -teman kamu, kalau kamu tidak takut sama bapak kamu dan kamu berencana untuk mukul dia"

AT: "Saya sudah biasa bilang seperti itu didepan mereka dan bapak saya memang menjengkelkan, yah. Bapak saya suka bermain kasar dan tidak bertanggung jawab kepada keluarga".

S: "Kamu tau apa?"

Anak tetangga saya ini, cuma tamat sampai dengan kelas 4 SD. Kedua orang tuanya sering bersiteru, hampir setiap hari, tanpa kenal waktu kadang pagi - pagi subuh, siang hari atau tengah malam. Pada saat suaminya tidak ada, si ibu ini juga sering mendokrin anak - anaknya bahwa semua ini salah bapaknya dan bapaknya itu seorang yang (maaf) brengsek. Itu disampaikan didepan ketiga anaknya. Bapaknya biasanya keluar untuk memulung 3 kali dalam sehari.

AT: "Saya tiap hari pusing dengan emak dan bapak berantem, bapak kerjanya tidak benar dan kadang kita harus ngamen, ngemis, kerja angkut bahan jahitan konveksi untuk makan kita"

S: "Kamu umur berapa sekarang?"

AT: "14"

S: Kamu tahu, apa yang sudah bapak kamu lakukan agar kamu bisa hidup sampai umur 14 tahun?"

AT: "Tau! Bapak nyari"

Nyari, istilah mereka kalau bapaknya mulung.

S: "Sejak kapan?"

AT: "Ga tau, sejak kecil kali"

S: "Sok tau kamu! Bapak kamu dulu kerja di hotel, bagian housekeeping sampai ketemu sama ibu kamu. Waktu itu hidup kamu enak, abang kamu bisa sekolah sampai SMA dan kamu bisa sekolah sampai kelas 4 SD. Kamu tidak tahu seperti apa perjuangannya sewaktu kamu masih bayi dan masih kecil. Sekarang saja, kondisi bapak dan keluarga kamu lagi dalam keadaan susah. Sampai bapak kamu harus nyari, seharusnya kamu bangga. Banyak orang sekarang yang gengsi untuk nyari, mungkin kamu juga gengsi jalan bareng sama bapak kamu untuk nemani dia nyari. Sekarang ini orang yang lagi kepepet, lebih milih jadi maling ketimbang harus nyari seperti bapak kamu. Semua akan jadi gampang kalau kamu atau orang dirumah, tidak membebaninya dengan masalah - masalah lainnya, agar dia bisa semangat bekerja"

Anak tetangga saya itu nunduk dan nangis.

Menurut saya, para orang tua jaman sekarang banyak yang tidak mau peduli dengan kehidupan anak - anak dan remaja dilingkungannya, entah karena mereka tidak mau terlibat dengan urusan orang lain, walaupun kenakalan remaja adalah tanggung jawab bersama atau mungkin karena takut, tidak dibilang asyik atau dimusuhi oleh remaja disekitarnya. Seandainya kontrol di rumah, di sekolah, di lingkungan sekitar atau di masyarakat dan terakhir pemerintah bisa berjalan seperti ini, tentu dapat mempersempit ruang bebas untuk timbulnya kenakalan remaja. Karena mata dan telinga orang tua hanya terbatas didalam rumah, mata dan telinga para guru hanya sebatas didalam sekolah dan seterusnya dan seterusnya.

Semoga bisa ditarik pelajaran yang baik dari cerita ini.

Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, sil...