Tuesday, June 10, 2014

5 Alasan Kenapa Kita Tolak Golput (Golongan Putih)?

Pemilu 2014 ini menurut saya adalah pemilu penentu masa depan bangsa dan negara. Kenapa? Coba kita kilas balik ke tahun 1999, sejak 1999 sudah berapa kali kita pemilu? Sudah 3 kali (1999, 2004 dan 2009). Bagaimana peta pemilih dari tahun 1999 sampai 2014.


Kenapa tolak ukurnya Pemilu 1999?
  1. Pemilu pertama setelah runtuhnya rezim Orde Baru (32 tahun).
  2. Pemilu pertama pemilihan langsung wakil dan pemimpin rakyat oleh rakyat.
  3. Pemilu yang membawa harapan Anti-KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), menuju reformasi Indonesia.
Rapor Kabinet dari 1999 – Sekarang
  1. 1999 – 2004    : Kondisi kehidupan demokrasi Indonesia saat ini sangat tidak menentu, perekomian Indonesia belum bisa bangkit dari kondisi perekonomian yang tidak sehat dan wakil dan pemimpin rakyat yang dipilih dianggap tidak mampu menjalanjan amanat rakyat dengan baik.
  2. 2004 – 2009    : Kondisi kehidupan demokrasi Indonesia sedikit lebih baik dengan maneuver – maneuver yang dilakukan oleh kabinet yang terbentuk. Rakyat sedikit demi sedikit mulai percaya dengan reformasi yang dijanjikan dan merasa memiliki harapan yang baik dengan wakil dan pemimpin rakyat terpilih dan memenangkan wakil – wakil dan pemimpin mereka untuk maju pada pilpres berikutnya.
  3. 2009 – 2014    : Kondisi kehidupan demokrasi mulai tidak lagi sehat, wakil – wakil dan pemimpin terpilih yang diharapkan akan melanjutkan amanat dan reformasi dengan baik banyak yang ditangkap KPK dan terlihat kembali kehidupan demokrasi di Indonesia ini tidak lebih untuk kepentingan golongan, terlihat pada akhir masa kerja kabinet yang tidak boleh memimpin lebih dari 2 kali pemilu, para wakil dan pemimpin rakyat berusaha untuk memperkaya diri dan organisasinya untuk menjamin kelangsungan hidup mereka setelah tidak menjabat sebagai wakil dan pemimpin rakyat kelak.
Rentang usia pemilih yang ada saat ini sampai usia pemilih yang mulai memilih pada tahun 1999 antara 17 sampai 32 tahun, usia ini adalah usia yang akan menentukan Indonesia dalam waktu 10 tahun yang akan datang (2024), sedangkan usia pemilih yang telah memilih sebelum tahun 1999 berusia diatas 38 tahun (yang mana usia tersebut dianggap usia yang akan menentukan nasib Indonesia sejak Pemilu 1999). Jadi jika kita tidak dapat mewujudkan harapan dalam kesempatan kedua saat ini, maka Indonesia tidak akan berubah dalam 10 tahun yang akan datang atau keadaannya semakin buruk. Momen Pemilu 2014 ini dianggap sebagai kesempatan kedua karena terdapat figur – figur pemimpin dengan wajah baru, dan tidak incumbent. Figur – figur ini diharapkan membawa suatu perubahan yang signifikan terhadap bangsa dan negara Indonesia.
 
Statistik Pemilih Golput (Wikipedia)

Kenapa mereka Golput?
  1. Mereka para Golput, merasa frustasi dan kelompok sakit hati dengan wakil – wakil dan pemimpin yang menjadi harapan mereka dari tiap – tiap periode. Wakil dan pemimpin rakyat ini terbukti tidak dapat menjalankan amanah dan aspirasi rakyat. Bahkan diataranya lebih banyak condong dengan kepentingan – kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mereka yang merasa Golput telah merasa tertipu dengan janji – janji yang pernah disampaikan oleh para wakil dan pemimpin mereka selama orasi politik, dan tidak sedikit dari mereka yang merasakan langsung dampaknya.
  2. Mereka orang – orang yang pesimistis. Lahir dan tumbuh di lingkungan yang pesimis terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia, secara tidak langsung berpengaruh terhadap lahirnya golongan putih. Yang ada dalam pandangannya adalah pemerintahan kita mandul bahkan dalam tahap yang lebih parah, mereka mencari figur pemimpin dan wakil rakyat alternatif yang dianggapnya bisa mewakili aspirasi mereka, walaupun berdampak negatif terhadap integrasi dan kedaulatan negara kita.
  3. Mereka adalah orang – orang yang tidak berpikir panjang dan lebih memilih sesuatu yang dapat menyenangkan mereka dalam cara yang instan (cepat). Ingin ada perubahan, tapi tidak mendukung pemimpin dan wakil yang mengusung visi misi perubahan apalagi ikut andil berpartisipasi didalamnya. Mereka cenderung berpikir praktis yang berorientasi kepada program – program yang sifatnya jangka pendek, tidak melihat proses tapi hanya hasilnya saja.
  4. Mereka adalah orang – orang yang tidak mengerti dan terpengaruh dengan ideologi yang salah dan sebenarnya merusak kedepannya. Mereka penganut dan pengikut faham – faham berbahaya, menginginkan kedaulatan didalam suatu negara. Mereka tidak patuh terhadap pemerintah pusat karena ketidakpercayaan atau sikap skeptis serta apatis terhadap pemerintah yang berkuasa.
  5. Mereka antek disintegrasi bangsa dari yang memiliki misi khusus sampai yang hanya sekedar ikut – ikutan saja.
Apa bahayanya jika Golput? 
Berikut 5 alasan kenapa kita sebagai warga Negara Indonesia yang berdaulat tidak boleh golput.
  1. Wibawa pemerintah di mata rakyat akan hancur. Jika akhirnya terpilih wakil – wakil dan pemimpin rakyat dari sebagian kecil pemilih sedangkan sebagian besar dari pemilih memilih untuk golput, maka pemerintahan tidak akan mendapatkan dukungan dan simpati dari rakyat dengan maksimal. Rakyat akan lebih memilih fokus kepada sesuatu, kelompok bahkan negara yang dirasakan mampu mensejahterakan hidup mereka, yang sejalan dengan aspirasi mereka, yang bisa melindungi mereka dan dekat dengan mereka. Hal ini sempat hampir terjadi pada diri saya sendiri, saya sempat mendaftarkan diri dalam program Green Card yang difasilitasi oleh Amerika Serikat, karena saya merasa dengan saya memiliki Green Card, maka kesejahteraan saya bisa terjamin oleh negara yang kuat secara financial dan lainnya. Bukan hanya Green Card, banyak contoh yang bisa kita lihat dan dengar setiap hari seperti jumlah TKI dan TKW yang terus bertambah peminatnya, orang – orang pintar dan terbaik bangsa yang memilih mengabdi kepada negara lain, karena mereka mendapatkan recognition dan terjamin kesejahteraannya disana. Jika demikian, maka rakyat tidak banyak ambil pusing dengan pemerintah, tidak akan banyak terketuk jiwanya untuk bela negara, karena mereka sudah terlanjur kecewa dan tidak percaya dengan negaranya.
  2. Kedaulatan Negara akan tergerus dan pada akhirnya akan diakusisi oleh pihak atau negara lain dengan mudah tanpa harus bersusah payah meng-disintegrasikan bangsa Indonesia secara frontal. Jadi nanti Indonesia tinggal nama dan benderanya saja atau mungkin malah tinggal sejarah dengan nama negara baru yang para pemimpinnya bukan berasal dari negara tersebut.
  3. Generasi yang tidak matang politik. Pernah dengan kata – kata mutiara “masalah itu untuk dihadapi, bukan untuk dihindari.” Pendewasaan politik bagi bangsa Indonesia adalah suatu cita – cita dan tujuan yang harus bisa dilanjutkan dan diwujudkan oleh setiap warga negara Indonesia. Di negara – negara yang terdapat program wajib militer bagi warganya, lebih memiliki sense of belonging terhadap negaranya, khususnya rasa bela negara yang tinggi. Kematangan politik akan membawa bangsa kita menjadi bangsa yang memiliki sense of belonging of Indonesia. Grafik kedewasaan politik kita ini naik turun (labil), seharusnya Indonesia yang sudah melaksanakan pemilu sebanyak 11 kali sejak 1955 (1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009 dan 2014). Sistem politik Indonesia harusnya menjadi lebih efektif:
    • Jumlah partai politik sedikit dan solid.
    • Biaya politik lebih murah.
    • Sudah terbentuknya suatu sistem pemilihan yang terstruktur dan baku.
    • Roda pemerintahan dan pembangunan yang berjalan bekesinambungan.
    • Regenerasi politik oleh muka – muka baru dan orang – orang muda yang energik dan berwawasan politik yang baik.
  4. Indonesia tidak akan pernah menjadi negara maju. Jika pemilih di Indonesia cenderung memilih golput. Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum tersebut tidak mau merubahnya (disebutkan 2 kali dalam kitab suci umat Islam – Al-Quran). Jika kita terus menerus melakukan hal yang sama disetiap pemilihan umum, maka kita termasuk bangsa yang tidak menginginkan perubahan. Kita akan tetap stag dan sibuk dengan urusan – urusan yang sama setiap pemilu dan kesempatan serta peluang yang ada dimanfaatkan oleh orang lain.
  5. Semakin sedikitnya sumber daya manusia yang kompeten, berwawasan dan berpengalaman dalam bidang politik dan pemerintahan, karena banyaknya warna negara yang tidak ikut andil dalam agenda politik nasional lima tahunan ini. Jangka panjangnya, para wakil – rakil dan pemimpin rakyat akan dikuasai oleh orang – orang atau pemain lama yang tentunya semakin lama semakin berkurang inovasi dan menurun kinerjanya dan worst case-nya adalah Indonesia akan menggunakan tenaga – tenaga ahli dari luar untuk mengurus pemerintahan Indonesia tercinta.
Oleh karena adanya dampak negatif jangka panjang yang merugikan kita sebagai bangsa Indonesia, alangkah indahnya jika kita menolak golput dan mulai saat ini kita ikut berpartisipasi dalam membangun kehidupan politik Indonesia yang santun dan berbudaya.

Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, sil...