Saturday, July 20, 2013

Tips Mengambil Keputusan dan Bersikap

Alkisah, pada suatu hari Lukman Hakim mengajak anaknya ke pasar dengan menuntun keledai. Di jalan mereka bertemu dengan seseorang, Orang itu mengatakan “Bodoh sekali bapak dan anak itu, bawa keledai tapi tidak dinaiki, malah dituntun”. Mendengar omongan ini, anaknya kemudian naik ke atas punggung keledai.

Di jalan mereka lalu bertemu dengan orang yang lain, orang itu lalu mengatakan ”Durhaka sekali anak itu, masak bapaknya disuruh jalan kaki, sedangkan dia malah enak-enakkan naik keledai”. Mendengar ucapan orang kedua, anaknya langsung turun, dan menyuruh bapaknya (Lukman Hakim) untuk naik ke atas keledai.

Di tengah perjalanan, kembali mereka bertemu dengan seseorang yang lain, sebagaimana kedua orang sebelumnya, orang ketiga ini juga mengomentari “Bagaimana bapak ini, tega sekalinaik keledai sendiri, sedangkan anaknya disuruh jalan kaki”.

Tidak tahan mendengar komentar ini, anaknya lalu naik ke punggung keledai. Jadilah mereka berdua naik keledai berjalan ke arah pasar.

Seperti sebelumnya, di tengah jalan mereka bertemu dengan orang keempat, orang ini lalu berkata “Tega-teganya bapak dan anak itu, keledai kecil malah dinaiki berdua”.

Anaknya langsung turun, kemudian berlari dan kembali lagi dengan membawa kayu dan seutas tali. Keledai itu lalu diikat dan dipikul oleh mereka berdua.

Akhirnya mereka sampai di pasar, ternyata ketika dijual keledainya tidak laku, karena tidak ada orang yang mau membeli keledai yang lemah. Sang anak kemudian bertanya kepada Lukman Hakim. “Bapak adalah seorang ahli hikmah, yang sering dimintai solusi oleh masyarakat, bagaimana ini yang terjadi dengan kita sekarang?”.

Kemudian Lukman berkata kepada anaknya:

“Wahai anakku, janganlah engkau mengikuti pendapat orang lain yang tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan mereka belaka”

Kemudian dilanjutkannya dengan mengutip kata-kata Ali bin Abu Tholib, ”Dan janganlah engkau mencari kebenaran (al-haqq) dari makhluk, tetapi temukanlah kebenaran (al-haqq) yang dari Rabb terlebih dahulu, kemudian engkau tentukan siapa-siapa yang barada di sana”

Dari kisah ini, Lukman mengajarkan hikmah pada anaknya mengenai bagaimana seharusnya mengambil keputusan dan bagaimana bersikap atas keputusan yang telah diambil.

Wednesday, July 17, 2013

Fatal, Membuat Frustasi Pada Anak - Anak

Manusia itu paling frustasi jika dikecewain oleh orang – orang yang mereka cintai atau orang – orang yang berarti bagi hidup mereka. Kita akan kecewa kalau pasangan kita menghianati kita, kita frustasi jika orang yang menjadi teladan bagi kita ternyata bersikap tidak menyenangkan kepada kita, kita frustasi karena pekerjaan kita dan lain – lain. Terlebih lagi anak – anak. Anak – anak yang terlibat narkoba penyebabnya karena selain faktor “anak dimanja dengan uang” atau lemahnya pengetahuan agama yang sejatinya dapat membekali mereka dengan kemampuan membedakan mana yang benar dan mana yang salah, juga yang menurutku yang juga fundamental adalah disebabkan oleh rasa frustasi atau kecewa dengan perlakuan atau perhatian atau respon yang diterima dari orang tuanya yang jauh dari harapan mereka. Bagi anak – anak yang jauh dibawah umur (balita), yang pastinya belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tentu rasa frustasi ini akan menjadi lebih absolute karena logika mereka belum berfungsi dengan baik. 

Dengan rasa frustasi, kecewa yang berkepanjangan dan tidak segera dideteksi dan diperbaiki sedini mungkin dapat menyebabkan putusnya komunikasi antara anak dan orang tua, jika hal ini terjadi maka cilaka buat orang tua. Sang anak akan mencari seseorang, kelompok atau sesuatu yang dapat memperlakukan mereka sesuai dengan harapan dan ini cenderung sesuatu yang negatif, kita kenal dengan istilah pelarian. Jika mereka lebih bisa mendengarkan orang lain ketimbang orang tuanya sendiri atau komunitas tempat mereka berkomunikasi lebih dominan ketimbang orang tuanya sendiri, maka kita bisa banyangkan bagaimana sulitnya kita merangkul anak – anak kita kembali.

Reminder bagi para orang tua, termasuk aku sendiri. Jika anak – anak kita membuat Anda kesal, jangan marah kepada mereka, jangan membuat mereka frustasi, jangan menghakimi, jangan membentak mereka. Bisa jadi itu semua disebabkan karena kesalahan orang tua, karena anak – anak lebih banyak tidak tahunya ketimbang tahunya, makanya perlu diberitahu bukan dimarahi, anak – anak lebih banyak merespon ketimbang berinisiatif, lebih cenderung mencontoh perilaku yang ada disekitar mereka ketimbang memuncukan perilaku mereka sendiri, karena anak – anak belum berkarakter. Jika kits mengajar anak dengan cara membentak atau memarahi mereka diawalnya maka berikutnya akan lebih keras lagi, tambah keras, makin keras dan you know lah what I mean. Mereka akan sulit diatur dengan lemah lembut.

Dengan demikian kita mengharapkan komunikasi antara orang tua dan anak tetap harmonis, anak tetap akan bersikap terbuka kepada kita sebagai orang tuanya, mereka mencontoh sesuatu yang baik dari orang – orang yang mereka cintai dalam menyelesaikan persoalan dan yang terpenting mereka tidak pernah akan kecewa kepada orang – orang yang mereka cintai.


Bagi yang secara tidak sadar telah melakukan sesuatu yang keliru, jangan diteruskan cara mendidika anak - anak seperti itu. Tidak ada kata terlambat, hanya butuh kesabaran dan semangat lebih untuk memperbaikinya.

Semoga bermanfaat.

Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, sil...