Wednesday, February 27, 2013

Kurangilah Mengeluh, Perbanyaklah Bersyukur

Dari timeline di Facebook dan Twitter atau message status di mesengger sampai obrolan pada saat makan siang, hampir sering ketemu orang - orang yang berkeluh kesah tentang apa saja disekitarnya. Yang mahasiswa mengeluh dengan jadwal mata kuliah yang padat, yang lagi diatas mobil mengeluh dengan kepadatan arus lalu lintas yang sedang dia hadapi, yang karyawan kantor mengeluh banyaknya pekerjaan yang dia terima, yang pedagang mengeluh sepinya pembeli dihari ini, yang ibu rumah tangga mengeluh cucian tak kunjung kering karena cuaca yang kurang mendukung, yang pimpinan mengeluh kinerja anak buahnya yang tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan, yang menganggur pasang status dengan hash tag GALAU, yang cintanya bertepuk sebelah tangan mengeluh atas keadaan yg menimpanya dan masih banyak lagi.

Mengeluh itu tidak selalu buruk, manusia diberi rasa mengeluh agar dapat mengusahakan sesuatu untuk mencapai keadaan yang lebih baik. Namun kalau tingkat intensitasnya tinggi, seperti sedikit - sedikit mengeluh, mengeluh tanpa ada suatu tindakan menuju perbaikan, mengeluh karena tidak tahu kalau keadaan yang sekarang ini karena suatu akibat yang dia lakukan sebelumnya, mengeluh atas suratan ilahi yang tentu terjadi untuk kebaikan dirinya, mengeluh bukan pada tempatnya yang seharusnya tidak menjadi konsumsi publik.

Kita manusia lebih sering lupa, bagaimana keadaan mereka sebelumnya dibandingkan apa yang dia miliki sekarang, manusia lebih sering lupa bagaimana lebih beruntung dirinya dari orang lain yang kondisinya tidak lebih baik atau jauh lebih malang nasibnya ketimbang dirinya, manusia sering lupa atas rejeki materi dan batin yang diterimanya.

Tidak jarang seorang karyawan yang bekerja diruangan AC, punya ruang kerja sendiri, tempat duduk yang empuk, mengeluh dengan pekerjaannya yang melelahkan, padahal diluar sana, kalau pernah nonton salah satu acara televisi yang berjudul "Andai aku menjadi...", banyak sekali dan hampir semua profesi yang ditampilkan mampu membuat kita melongo dan iba, ada manusia lanjut usia yang masih memeras keringat untuk menghidupi dirinya dan keluarga, ada anak - anak usia sekolah yang harus putus sekolah untuk membantu orang tuanya mencukupi kebutuhan sehari - hari, ada manusia yang lahir dengan kekurangan fisik yang dimilikinya menempuh jalan yg panjang untuk menjemput rejekinya. Ada karyawan yang harus melakukan pelayanan dengan merogoh dari kantongnya sendiri, karena tidak ada budget entertain buat pelanggannya, ada karyawan dengan penghasilan rendah, yang bekerja rangkap sebagai penjual martabak untuk membuat dapurnya tetap mengebul. Ada juga pasangan yang kehilangan cincin kawinnya karena harus digadaikan untuk biaya berobat. Pantaskah kita mengeluh kalau kita jauh lebih baik dari mereka semua? Seharusnya kita menjadi pekerja yang lebih produktif dan berkualitas, karena semua fasilitas dan kecukupan yang kita miliki. Seharusnya kita menjadi pemimpin yang tidak cengeng dengan resiko yang harus kita hadapi, tanpa harus berkeluh kesah sia - sia.

Mari kita kurangi mengeluh karena selain akan menggerogoti jiwa kita, juga dapat menularkan sesuatu yang negatif bagi orang lain yang ada disekitar kita dan mulailah lebih banyak bersyukur, intropeksi dan kembali action.

Semoga bermanfaat bagi kita semua.

No comments:

Post a Comment

Thank you to leave a comment for kuyusku. We will get back to you as soon as possible. Have a great day!

Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, sil...