Sunday, August 19, 2012

Memaknai Idul Fitri

Bismillaahirrahmaannirrahiim...

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaa Ha Ilallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham.

Terlalu yakin setelah Ramadhan kita akan bisa mendengar suara takbir hari raya ini, tapi alhamdulillah tahun ini kita kembali diberi kesempatan emas untuk menyelesaikan ibadah fardu dan sunah di bulan suci Ramadhan dan menutupnya dengan suka cita karena merasa menang dengan apa yang telah kita lewati sebulan penuh.

Beda dengan saya, setiap lebaran khususnya Idul Fitri saya selalu kepikiran, apa iya saya termasuk orang - orang yang menang karena taqwa dan kembali fitri (minal aidzin wal faidzin)? Namun dengan berpangku dengan niat meraup pahala Ramadhan yang mana didalamnya terdapat banyak kebaikan, salah satunya menahan hawa nafsu dan keistimewaan malam 1000 bulan - yang kira - kira 83 tahun itu serta ingin mencapai tingkatan manusia yang lebih baik setelahnya.

Realitanya, ada yang sedih dan banyak juga yang senang dengan berakhirnya Ramadhan tergantung bagaimana kita memaknai dan sejauh mana pemahaman akan bulan suci Ramadhan ini. Kalau kita memang menjalaninya sebagai ritual, bisa jadi kita akan merasa senang dengan berakhirnya Ramadhan ini, karena kita menjalaninya sebagai ritual saja, namun kalau kita mengerti dengan baik apa - apa saja kebaikan yang ada didalam bulan itu dan berusaha mendapatkan kebaikan tersebut, tentu akan merasa sedih terutama yang tidak bisa total berjumpa apalagi "bermesraan" dengan sang pencipta yang membuka pintu rahmat-Nya sebesar - besarnya, yang mengabulkan semua permintaan yang baik dari hambanya yang baik. Yang paling sering saya lihat malah banyak yang senang dengan berakhirnya Ramadhan, berpesta pora pada malam Idul Fitri yang jauh dari makna Idul Fitri. Bener yang saya bilang, mana ada hubungan antara konvoi motor yang bikin polusi, buang - buang BBM, main kembang api dan petasan dengan Idul Fitri. Coba kasih tahu saya jika ada kolerasinya antara semua pesta pora tersebut dengan Idul Fitri. Yang saya sebutkan itu hanya sebagian kecil, masih banyak lagi "pesta - pesta" menyambut upacara penutupan Ramadhan tersebut, baik untuk jangka pendek atau jangka 1 tahun.

Saya nulis ini bukan minta yang baca untuk menjadi sedih, tapi seharusnya bisa melihat dengan mata bathin kebaikan yang ada setelah Ramadhan berakhir dengan pesta pora yang ada sekarang. Mending untuk tanam pohon atau menyantuni fakir miskin dan lain - lainnya. Dulu saya memang pernah merasakan setiap malam takbiran bakar kembang api atau petasan atau menghabiskan malam takbir dengan perjalanan ke puncak atau mem-budget-kan uang THR yang saya terima untuk beli baju yang bagus dan ikutan berdesak - desakan didalam department store. Tapi sekarang tidak lagi sejak saya tahu, apa saja yang wajib dilakukan dalam Idul Fitri. Saya kutip kisah dari ceramah tarawih yang saya saya ikuti tahun ini, menurut kisah yang disampaikan oleh khotib (penceramah), dia bertemu dengan seorang kakek yang sudah tua dan beliau adalah orang yang paling akhir meninggalkan masjid setelah tarawih pada hari terakhir Ramadhan itu. Kakek itu menangis ketika dijumlai oleh khotib, setelah ditanya kakek itu bercerita bahwa Ramadhan tahun inilah yang menurutnya paling lengkap dan paling berkualitas seumur hidupnya. Kakek itu dapat berpuasa satu bulan penuh, dapat menghatamkan Al Qur'an, dapat melaksanakan sulat sunah rawatib berjamaah sebulan penuh, dapat melakukan i'tikaf pada 10 malam terakhir, selalu mengikuti taddarus setiap pagi hari dan ibadah - ibadah lainnya. Kakek itu menangis karena bahagia dan sedih, bahagia karena dapat menyelesaikan dengan baik dan sedih karena merasa rugi dapat melakukan itu semua diusianya yang sudah senja, yang mana hanya memiliki lebih sedikit peluang ketimbang beliau masih muda dan kuat.

Harapan Sang Pencipta dengan Ramadhan ini, ingin kita menjadi manusia yang lebih baik setelah Ramadhan, lebih dekat dengan-Nya, lebih ber-taqwa, lebih berbudi luhur, lebih simple, lebih disiplin, lebih pandai berbagi dan bersilaturahim. lebih memprioritaskan tujuan akhir dari kehidupan ini, yaitu akhirat. Memang dengan lingkungan yang kurang kondusif, terkikisnya enforcement para ulama, yang lebih sering disebut radikalis atau kontroversial atau garis keras atau malah teroris, ulama yang lebih banyak diobok - obok ketimbang dijuju, kelihatannya satu kali pertemuan Ramadhan tidak akan langsung banyak membuahkan hasil, oleh karena itu Ramadhan adalah ibadah berulang setiap tahun agar tujuan tersebut dapat tercapai sedikit demi sedikit. Kalau setelah Ramadhan ini kita tidak lebih baik ketimbang Ramadhan tahun kemarin, gampang disimpulkan,   kita bisa bilang kalau kita belum berhasil dan belum termasuk orang - orang yang menang, kita belum ada progress, jalan ditempat atau malah melorot kebelakang.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H, Taqobalallahu Minna Wa Minkum. Mohon maaf lahir bathin atas segala khilaf yang pernah saya lakukan, semoga kita termasuk orang - orang yang menang dan menjadi orang yang lebih baik lagi serta semoga kita dapat bertemu dengan Ramadhan tahun depan, aamiin ya robbal 'alamiin.


No comments:

Post a Comment

Thank you to leave a comment for kuyusku. We will get back to you as soon as possible. Have a great day!

Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, sil...