Sunday, September 25, 2016

Cara Mengantisipasi dan Menyikapi Informasi Dari Internet dan Media Sosial

Di era Media Sosial saat ini, para penikmat media sosial  seperti FB, WA, Tweeter, IG, Path, G+ dan lainnya, dituntut harus kritis dan minimal punya wawasan dan dasar yang kuat dan benar sehingga tidak mudah tertelan fitnah, hoax, scam, propaganda atau informasi yang menyesatkan.

Pada jaman generasi X, orang beropini dan berkomentar hanya untuk dirinya sendiri atau orang - orang yang ada disekitarannya. Jika mendengar berita/informasi yang aneh dari koran, radio atau televisi, paling banter mereka cuma sharing dengan orang rumah, atau kalau mereka bergaul sharing dengan teman2 atau kelompok2 kecil. Hanya beberapa orang saja yang bisa mengemukakan opini atau informasi kepada publik, seperti public figure, toko masyarakat, pejabat pemerintahan, sastrawan atau wartawan. Di era ini dikenal dengan istilah kelompok radikal, bagi mereka yang berseberangan haluan dan frontal dan jumlahnya tidak banyak dan jangkauannya terbatas.

Agak kesini, orang - orang mulai dapat beropini dan berkomentar pada media - media yang formal, yang tidak semua orang bisa mengakses informasi/opini atau komentar itu dengan mudah, semurah - murahnya mereka mengirimkan surat pembaca di koran - koran atau majalah atau mengadukan keluhan ke instansi atau sarana - sarana yang disiapkan untuk menerima keluhan atau lainnya.

Saat ini, media sosial dapat diakses siapa saja. Informasi untuk bapaknya, juga dapat diakses oleh anaknya. Informasi untuk dewasa bisa diakses juga oleh yang belum dewasa. Informasi rahasia bisa diakses oleh orang - orang yang tidak berkepentingan. Hanya cukup like page-nya, follow akunnya, maka informasi langsung dapat diakses kapan saja, malah tidak jarang langsung di-push ke email pribadi mereka.

Kalau perkembangan mental, moral, wawasan agama, wawasan ilmu - ilmu pengetahuan orang yang dapat mengakses informasi tersebut seimbang dengan informasi yang mereka terima, mungkin orang tersebut akan dapat menyaring dan mengkritisi informasi yang diterimanya. Cilakanya jika informasi itu diakses oleh mereka yang perkembangan mental, moral, wawasan agama dan wawasan ilmu - ilmu lainnya tidak berimbang, misalnya wawasan mereka dibawah informasi yang mereka akses, tidak menutup kemungkinan mereka akan memakan informasi yang salah, lebih parahnya lagi kalau informasi itu dijadikan ideologi atau cara mereka berpikir. Luasnya dan mudahnya informasi menyesatkan yang dapat diakses ini lebih bahaya dibandingkan kelompok – kelompok radikal yang ada sebelumnya. Efeknya jauh lebih luas dan lebih sulit dimonitor dan dikendalikan.

Jadi, untuk mempersiapkan generasi yang mampu menghadapi pesatnya perkembangan teknologi informasi dan berubahnya cara orang mendapatkan informasi, mari bekali dulu orang - orang, anak - anak kita dengan pemahaman dasar yang benar seperti ilmu agama (yang pasti dasarnya dari kebenaran), ilmu moral yang benar, mempersiapkan mental yang kuat sebelum memperkenalkan mereka kepada media yang dapat memberikan mereka kunci untuk mengakses semua informasi dan jangan sampai keduluan mereka.

Banyak contoh diluar sana karena gagal paham dengan informasi yang mereka terima. Contohnya seperti mengikuti aliran sesat, yang sebenarnya tidak sesuai dengan kaidah - kaidah ajaran agama, terutama agama Islam yang merupakan RAHMAT bagi seluruh alam. Contoh lainnya seperti seks bebas, miras, cara berpakaian yang terbuka dan lain - lainnya, padahal kalau kita cari tahu di luar negeri sana, yang melakukan seks bebas, mabuk - mabukan, berpakaian terbuka itu adalah golongan - golongan kecil yang termasuk dalam golongan (maaf) pelacur, kaum miskin, tidak berpendidikan dan tidak memiliki pekerjaan. Karena cara gaya hidup yang seperti ini sering dikonsumsi, disajikan dan ditemukan oleh penikmat media sosial dan yang trend-setter-nya  ke barat sana, maka mereka berpikiran bahwa kehidupan di barat sana seperti itu dan mereka merubah dan gaya hidupnya seperti yang mereka lihat. Padahal tidak, di barat sana malah banyak ditemukan orang yang sopan, patuh dengan aturan - aturan, mengerti unggah - ungguh dan disiplin.

Contoh lainnya lagi bagi anak - anak, karena mereka beranggapan dengan menggunakan jubah ala Superman maka mereka bisa juga terbang. Dengan kepolosannya anak itu menuju suatu ketinggian dan melompat dari lantai tersebut dan akhirnya meninggal. Dan masih banyak contoh lagi. Contoh ini membuktikan bahwa perkembangan mental, pengetahuan moral, ilmu agama dan ilmu - ilmu lainnya harus seimbang dengan arus informasi yang mereka terima, sehingga mereka (baik anak - anak maupun dewasa) dapat menyaring, menganalisa dan menyikapinya dengan benar.

Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment

Thank you to leave a comment for kuyusku. We will get back to you as soon as possible. Have a great day!

Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, sil...