Saturday, November 24, 2012

Strategi Marketing Yang Positif dan Alami

Tiga hari yang lalu memang cukup ruwet buat saya. Mulai dari terlambat antar anak sekolah, nyasar nyari kantor orang, berputar di jalan yang sama dua kali karena kebablasan, target hot prospect yang ternyata daya belinya lemah, kehujanan padahal sudah sedikit lagi sampai rumah, kecipratan air genangan sampai berasa mandi lumpur rasanya, malamnya calon klien yang super detail minta ketemu di rumahnya untuk menjelaskan sesuatu yang sebenarnya sudah pernah dijelaskan sebelumnya dan banyak lagi.

Tapi hari yang ruwet ini akhirnya happy ending. Sambil niat menunggu seseorang dan melepas lelah, saya mampir ke warung nasi uduk cukup enak di Bintaro. tapi karena masih berasa kenyang, saya cuma pesan segelas kopi, kopi hitam. Lumayan buat menghangatkan badan. Setelah lepas helm dan jaket, akhirnya saya duduk. Hanya ada penjual dan satu orang yang bersetelan perlente duduk diseberang saya, cuma dia duduk diseberang pojok sebalah kiri, saya duduk di pojok meja sebelah kanan. Setelah tegur sapa dan basa - basi, saya duduk dan menghidupkan rokok, sambil menunggu kopi pesanan saya datang. 

Bosan memperhatikan kendaraan yang lewat, siapa tahu yang saya tunggu lewat. Akhirnya untuk mencairkan suasana dan membunuh waktu saya buka pembicaraan dengan Bapak perlente yang rambutnya sudah penuh uban.

"Baru pulang kerja pak?"
"Iya" jawabnya pendek. Saya maklum karena bapak itu masih makan.

Si Bapak itu menyelesaikan makan dan minumnya dengan cepat, dan sepertinya hendak menyalakan rokok putihnya yang ada diatas meja, saya pikir dia akan ambil Blackberry Bold-nya untuk bermain dengannya, karena memang hanya ada handphone dan rokok itu yang ada diatas meja.

"Tadi korek saya mana ya?"
Dan saya berinisiatif menyodorkan korek yang saya punya kepadanya.

Dia menanyakan saya sedang apa dan saya bilang sedang menunggu seseorang, yang akhirnya menyadarkan saya untuk kembali memperhatikan kendaraan yang ada dijalan raya. agar orang yang saya tunggu tidak terlewat.

Saya balik bertanya dimana dia bekerja dan dia menjawab saya seorang wartawan. Dia menceritakan soal kesaktian kartu PERS dan suka dukanya menjadi wartawan. Saya selidik lebih dalam apakah dia seorang jurnalis dan dia jawab bahwa dia bukan wartawan politik, tapi wartawan ekonomi.

Setelah ngobrol ngalor - ngidul, akhirnya saya merasa kalau orang yang ada didepan saya ini bukan seoarang wartawan biasa, saya coba cari mobil yang diparkir disekitar tempat itu, saya dapati sebuah Land Rover diparkir di halaman mini market yang posisinya tepat diseberang kami duduk. Dan akhirnya penasaran saya terjawab, beberapa kali melakukan pembuktian terbalik dan probing, akhirnya terungkap bahwa dia adalah salah satu Pemimpin Perusahaan dari sebuah majalah yang sebenarnya tidak termasuk baru (13 tahun,  menurutnya), walaupun baru terbit perdana di tahun 2002.

Banyak sekali ilmu yang saya dapat dari obrol - obrol iseng ini. Saya sudah tidak peduli lagi dengan orang yang saya tunggu karena kami  terlibat obrolan seru antara praktisi pakar (dia) dan orang awam (saya). Ilmu yang saya dapat malam ini adalah mengenai ilmu lobbying dan marketing praktis.

Exercise, Berani dan baru terkahir Modal

Awal pembicaraan ini dibuka dengan polemik orang dalam memulai suatu usaha. Menurut Bapak Pimpinan ini, banyak orang gagal berusaha karena belum apa - apa sudah banyak mengeluh soal modal. Pemahaman yang umum di masyarakat adalah "Mau Usaha Perlu Modal", tapi menurutnya untuk memulai usaha bukan ditentukan punya modal atau tidak tapi yang lebih penting adalah exercise (latihan), berani dan baru terakhir cari modal. Menurutnya lagi, banyak orang yang punya modal tapi tidak punya skill yang mumpuni dan keberanian, yang akhirnya gulung tikar.

Dia mencontohkan di "tempat dia bekerja", perusahaan yang dia kelola saat ini bukanlah perusahaan media yang besar, tapi walaupun kecil tapi pedas - saya menyebutnya dengan kata lain kecil - kecil cabe rawit. Majalah bisnis yang dia kelola ini dibaca oleh Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Anggota legislatif, Direktur BUMN/BUMD, Duta besar dan pelaku bisnis swasta. Perusahaannya juga pernah diundang ke istana untuk menyampaikan dan mendatangkan Direktur - direktur BUMN yang terpilih dari event yang diadakan oleh perusahaannya ini. Perusahaannya juga pernah mengundang Presiden untuk hadir, namun karena satu lain hal, akhirnya didelegasikan oleh Bp. Budiono yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Dia juga menceritakan soal bagaimana dia berhasil me-lobby para pengiklan dengan keunggulan segementasi dan diversifikasi yang perusahaannya punya. Seperti contoh pada saat me-lobby perusahaan otomotif mewah untuk memasangkan iklan, contoh lain pada saat dia me-lobby mitra kerjanya yang bekerjasama dengannya untuk suatu event besar berskala nasional dengan dana secukupnya, contoh lain adalah dimana dia diminta Bp. Jusuf Kalla (saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden) untuk mengumpulkan para direktur BUMN diminta menghadap ke istana tanpa keluar uang sepeserpun.

Me-lobby Perusahaan Otomotif

Pada saat mengajak perusahaan otomotif untuk tertarik memasang iklan di majalahnya, dia hanya menyampaikan 2 poin yang dianggapnya mampu membangkitkan hasrat mereka untuk memasang iklan di perusahaannya.
  1. Segmentasi (Buying Power, Social Class). Dalam me-lobby calon pemasang iklan, Bapak ini menunjukkan keunggulan, jika si pemasang iklan memasang iklan di majalahnya. Walaupun majalahnya belum beroplah besar seperti majalah ekonomi namun dia memaparkan kelebihan - kelebihan yang majalahnya punya. Menurutnya majalahnya adalah majalah yang memiliki pembaca yang berasal dari kalangan pejabat eselon hingga level tertinggi, direktur - direktur BUMN dan BUMD, anggota legislatif dan para diplomat. Jika perusahaan otomotif ini memasang iklan di majalahnya, maka dari segmen pembaca ini akan didapatkan keunggulan ketimbang perusahaan otomotif tersebut memasang iklan di majalah atau tabloid seputar otomotif. Keunggulannya adalah status sosial dan buying power yang dimiliki oleh pembaca tetapnya tersebut, terlebih lagi perusahan otomotif tersebut mempunya target pasar yang sama dengan pembacata majalah ini. Dia menyebutkan kalau majalah - majalah otomotif biasanya terdiri dari kalangan peminat otomotif, pebisnis otomotif dan para analis, yang buying power-nya absurb dan menyebar. Dia mempertimbangkan bahwa perusahaan otomotif yang sudah memiliki nama (branding yang bagus) tidak perlu lagi membangun citra dan tidak terlalu perlu untuk diperkenalkan kepada segmen yang luas karena startegi tersebut menjadi mubadzir.
  2. Eye Catching. Jika memasang iklan di media masa yang mengkhususkan otomotif, maka iklan otomotif itu akan terlihat biasa - biasa saja, bahkan tidak menutup kemungkinan akan terlewat dari perhatian pembacanya karena kemungkinan besar semua halaman isinya terdiri dari produk - produk yang similar. Tutur si pemimpin perusahaan ini, dengan memasang iklan otomotif di majalah yang bukan mengkhususkan informasi otomotif, akan memiliki dimensi yang berbeda yaitu eye cathing yang lebih baik, karena infromasi yang disampaikan tidak identik dengan isi majalah tersebut. Menurutnya ini adalah suatu keunggulan yang akan didapat oleh perusahaan otomotif berkelas yang memasang iklan di majalahnya.
Dengan lobby seperti ini, akhirnya perusahaan otomotif itu memutuskan untuk memasang iklan di majalahnya untuk kontrak yang cukup lama dan memilih halaman terbaik di majalah tersebut.

KUNCI SUKSES

Kunci sukses menurut pemimpin perusahaan dari majalah BR ini adalah Objective, Idealis, Independen, Optimis, Konsisten dan Fokus.

Objective
Opini yang dibangun dalam strategi marketing terbaik adalah dengan membangun opini secara objective, bukan sebaliknya secara subjective. Karena pemahaman objective lebih dapat diterima oleh banyak kalangan dan mampu mengubah cara pandang manusia dengan cara yang lebih bebas dan tanpa terasa dipaksa.

Idealis
Dalam membangun bisnis media, seperti majalahnya ini diperlukan sikap idealis sebagai salah satu bagian dari integrity yang dianutnya. Sikap idealis menjadi perlu karena manusia akan sangat respect terhadap segala sesuatu yang sifatnya alami ketimbang yang imitasi. Berita yang disampaikan adalah berita yang ditangkapnya secara apa adanya, tanpa ada intervensi dari organisasi atau instansi yang ingin menjual berita kepada media massa dengan suatu keuntungan yang akan didapatkan oleh organisasi atau instansi tersebut. Dengan demikian, pembaca majalah ini akan merasakan infromasi yang disampaikan oleh majalah tersebut adalah informasi yang aktual dan bisa dipercaya. Menurutnya, masih ada wartawan atau perusahaan media massa yang menjual berita atau menerima konten dari nara sumber dengan imbalan.

Independen
Dengan sikap idealis yang dimiliki majalahnya ini, dia menyebutkan perusahaannya berjalan dan dikenal sebagai majalah yang independen yang tidak berpihak kepada salah satu sisi saja, tidak berat sebelah dan proporsional. Banyak keuntungan yang majalah ini dapat dengan predikat independen, yang salah satunya adalah kepercayaan organisasi atau instansi dalam mendapatkan infromasi dari majalah ini. Majalah ini, walaupun kecil tapi dapat mempengaruhi bahkan dapat membuat event - event penghargaan beskala nasional, yang menjadi acuan akan keberhasilan atas pencapaian institusi atau organisasi yang mendapatkan penghargaan yang dikeluarkannya.

Optimis
Sikap optimis, diperlukan dalam suatu bisnis. Menurut orang - orang bijak, jika kehilangan semangat berarti mati. Optimis merupakan salah satu bagian dari semangat. Dia mengatakan bahwa sikap optimis dapat membawa majalahnya ini menjadi besar dan bisa terus eksis. Salah satu contoh yang ia sampaikan adalah pada saat ia membuat suatu event yang hasilnya membuat ia diundang untuk hadir di Istana Merdeka untuk mengurus dan mempresentasikan hasil dari event tersebut. Selain itu juga, pada saat ia mengundang Bapak Presiden, yang kebetulan berhalangan hadir karena ada jadwal yang bentrok, maka Presiden mengutus salah satu menterinya untuk memenuhi undangan tersebut. Dengan sikap optimis ini, majalahnya tidak lagi bisa dibilang dipandang sebelah mata. Bahkan menurutnya, perusahaan yang dipimpinnya ini pernah ditawar oleh pemerintah dengan harga yang tinggi, namun ia menampik tawaran tersebut walaupun dalam operasional sehari - harinya, ia masih sering kekurangan resource dan sering putar otak.

Konsisten
Sukses adalah bertolak belakang dengan sikap impulsif, tapi harus penuh konsisten. Konsisten adalah suatu sikap yang diambil sehingga mampu menunjukan diversifikasi di pasar. Konsisten juga dapat membentuk karakter yang kuat terhadap produk yang dibuatnya. Sikap inilah yang membuat majalahnya tumbuh dnegan stabil dan mampu bertahan selama belasan tahun.

Fokus
Dokter Spesialis akan dibayar ketimbang dokter umum, analogi seperti inilah yang dipakainya dalam menunjukkan sikapnya untuk tetap fokus kepada isi berita, ulasan, opini dan target pembacanya. Sikap ini juga membangun diversifikasi terhadap majalahnya di pasar. Orang umum mengenalnya sebagai suatu majalah yang memiliki konten dan target audience yang jelas. Fokus bukan berarti harus monoton dan membosankan oleh karenanya seluruh jajarannya dituntut untuk tetap kreatif dengan fokus yang menjadi tujuannya.

Sumber: Seperti yang diceritakan oleh Pimpinan Perusahaan Majalah BR kepada saya di warung nasi uduk dibilangan Bintaro.

No comments:

Post a Comment

Thank you to leave a comment for kuyusku. We will get back to you as soon as possible. Have a great day!

Solusi Usaha di Masa Pandemik COVID-19

Sudah lama ingin mengeluarkan uneg - uneg yang ada dalam kepala, tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menuliskannya di blog ini, sil...